Minggu, 27 Februari 2011

SEJARAH KABUPATEN BELU



Sejarah Kabupaten Belu


SEJARAH SINGKAT KABUPATEN BELU



A. Gambaran Umum Masyarakat Belu



Ditinjau dari segi Budaya dan Antropologis, penduduk Kabupaten Belu dalam susunan masyarakatnya terbagi atas 4 sub
etnik yang besar yaitu : Ema Tetun, Ema Kemak, dan Ema dawan Manlea. Keempat sub etnik mendiami lokasi – lokasi
dengan karerkteristik tertentu dengan kekhasan penduduk bermayoritas penganut agama Kristen Katolik. Masing –
masing etnik tersebut mempunyai bahasa dan praktek budaya yang saling berbeda satu sama lain dan kesamaan dilain
segi. Kendati demikian masyarakat Belu dapat dengan mudah hidup rukun dikarenakan aspek kesamaan – kesamaan
spesifik. Mata Pencaharian utama adalah bertani yang masih dikerjakan secara ekstensif tradisional.

Dari aspek ekologis, kondisi tanah Belu sangat subur karena selain memiliki lapisan tanah jenis berpasir dan hitam juga
dikondisikan dengan curah hujan yang relative merata sepanjang tahun. Daerah Belu yang subur tersebut membuatnya
potensial untuk dikembangkan menjadi daerah peternakan dan pertanian. Sub sektor perikanan dengan kawasan pantai
yang membentang dari Belu bagian selatan sampai utara turut mempengaruhi pemerataan pekerjaan dan pendapatan.
Selain itu dari sub sektor kehutanan kontribusi yang diperoleh juga signifikan dengan beberapa jenis pohon produktif
seperti cendana, eukaliptus, kayu merah dan jati. Dari sektor dan sub sektor lainnya seperti perdagangan dan jasa,
industri dan lainnya juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan PDRB dan peningkatan PAD.



B. Sejarah Singkat Orang Belu



Sesuai berbagai penelitian dan cerita sejarah daerah di Belu, manusia Belu pertama yang mendiami wilayah Belu adalah
“Suku Melus”. Orang Melus di kenal dengan sebutan “Emafatuk oan ai oan”, (manusia penghuni batu dan kayu). Tipe
manusia Melus adalah berpostur kuat, kekar orangnya dan bertubuh pendek. Selain para pendatang, yang menghuni
Belu sebenarnya berasal dari “Sina Mutin Malaka”. Malaka sebagai tanah asal – usul pendatang di Belu yang berlayar
menuju Timor melalui Larantuka. Khusus untuk para pendatang baru yang mendiami daerah Belu terdapat berbagai
versi cerita. Kendati Demikian, intinya bahwa, ada kesamaan universal yang dapat ditarik dari semua informasi dan data.

Ada cerita bahwa ada tiga orang bersaudara dari tanah Malaka yang datang dan tinggal di Belu, bercampur dengan
suku asli Melus. Nama ketiga saudara itu menurut para tetua adat masing – masing daerah berlainan. Dari makoan
Fatuaruin menyebutnya Nekin Mataus (Likusen), Suku Mataus (Sonbay), dan Bara Mataus (Fatuaruin). Sedangkan
Makoan asal Dirma menyebutnya Loro Sankoe (Debuluk, Welakar), Loro Banleo (Dirma, Sanleo) dan Loro Sonbay
(Dawan). Namun menurut beberapa Makoan asal Besikama yang berasal dari Malaka ialah ; Wehali Nain, Wewiku Nain
dan Haitimuk Naik.

Bahwa para pendatang dari Malaka itu bergelar raja atau loro dan memiliki wilayah kekuasaan yang jelas dengan
persekutuan yang akrab dan masyarakatnya. Kedatangan mereka ke tanah Malaka hanya untuk menjalin hubungan
dagang antar daerah di bidang kayu cendana dan hubungan etnis keagamaan.

Sedangkan dari semua pendatang di Belu itu pimpinan dipegang oleh “Maromak Oan” Liurai Nain di Belu bagianh
Selatan. Bahakan menurut para peneliti asing Maromak Oan kekuasaaannya juga merambah sampai sebahagian
daerah Dawan (insana dan Biboki). Dalam melaksanakan tugasnya di belu, maromak Oan memiliki perpanjangantangan
yaitu Wewiku-Wehali dan Haitimuk Nain. Selain juga ada Fatuaruin, Sonabi dan Suai Kamanasa serta Loro Lakekun,
Dirma, Fialaran, maubara, Biboki dan Insana. Maromak Oan sendiri menetap di laran sebagai pusat kekuasaan kerajaan
Wewiku-Wehali.

Para pendatang di belu tersebut, tidak membagi daerah Belu menjadi Selatan dan Utara sebagaimana yang terjadi
sekarang. Menurut para sejarahwan, pembagian Belu menjadi Belu bagian Selatan dan Utara hanyalah merupakan
strategi pemerintah jajahan Belanda untuk mempermudah sistem pengontrolan terhadap masyarakatnya. Dalam
keadaan pemerintahan adapt tersebut muncullah siaran dari pemerintah raja – raja dengan apa yang disebutnya “Zaman
Keemasan Kerajaan”. Apa yang kita catat dan dikenal dalam sejarah daerah Belu adalah adanya kerajaan Wewiku-
Wehali (pusat kekuasaan seluruh Belu). Di Dawan ada kerajaan Sonbay yang berkuasa di daerah Mutis. Daerah Dawan
termasuk Miamafo dan Dubay sekitar 40.000 jiwa masyarakatnya. Menurut penuturan para tetua adat dari Wewiku-
Wehali, untuk mempermudah pengaturan sistem pemerintahan, Sang Maromak Oan mengirim para pembantunya ke
seluruh Belu sebagai Loro dan Liurai.

Tercatat nama – nama pemimpin besar yang dikirim dari Wewiku-Wehali seperti Loro Dirma, Loro Lakekun, Biboki Nain,
Harneno dan Insana Nain serta Nenometan Anas dan Fialaran. Ada juga kerajaan Fialaran di Belu bagian Utara yang
dipimpin Dasi Mau Bauk dengan kaki tangannya seperti Loro Bauho, Lakekun, Naitimu, Asumanu, Lasiolat dan Lidak.
Selain itu ada juga nama seperti Dafala, manleten, Umaklaran Sorbau. Dalam perkembangan pemerintahannya muncul
lagi tiga bersaudara yang ikut memerintah di Utara yaitu Tohe Nain, Maumutin dan Aitoon.

Sesuai pemikiran sejarahwan Belu, perkawinan antara Loro Bauho dan Klusin yang dikenal dengan nama As Tanara
membawahi dasi sanulu yang dikenal sampai sekarang ini yaitu Lasiolat, Asumanu, Lasaka, Dafala, Manukleten, Sobau,
LIdak, Tohe Manumutin, dan Aitoon. Dalam berbagai penuturan di Utara maupun di Selatan terkenal dengan nama
empat jalinan terkait. Di Belu Utara bagian Barat dikenal Umahat, Rin besi hat yaitu Dafala, Manuleten, Umaklaran
Sorbau dibagian Timur ada Asumanu Tohe, Besikama-Lasaen, Umalor-Lawain. Dengan demikian rupanya keempat
http://www.belukab.go.id - Situs Kabupaten Belu Bertenaga by KerSip Open Source Dibuat: 15 July, 2008, 11:33
bersaudara yang satunya menjelma sebagai tak kelihatan itu yang menandai asal – usul pendatang di Belu membaur
dengan penduduk asli Melus yang sudah lama punah.

C. Susunan Strafikasi Masyarakat Belu



Membahas tentang struktur masyarakat tidak lain dari pada mengulas tentang tingkatan – tingkatan dalam masyarakat
yang ada dalam.yang ada dalam suatu komunitas atau persekutuan tertentu. Yang tersusun dalam susunan atau lapisan
– lapisan dalam masyarakat yang disebut stratifikasi sosial. Pembagian dan pembedaan masyarakat Belu dalam kelas –
kelas hirarkis di bawah ini di dasarkan pada turunan/ras yang yang ada sejak penduduk para pendatang sampai dengan
kejayaan zaman kerajaan.

Menurut H.J. Grijzen seperti dikutip dalam tulisan Rm. Florens Maxi Un Bria dalam “ The Way To Happiness Of Belu
People” bahwa masyarakat Belu mengenal klasifikasi masyarakatnya atas 3 (tiga) golongan, yang secara hirarkis terdiri
dari :

- Dasi atau golongan bangsawan yang menempati lapisan terpusat dan dari kelompok inilah terpilih Loro / Liurai / Na’I
yang akan memangku jabatan kepemerintahan secara turun temurun.

- Renu yang tidak lain adalah rakyat jelata yang merdeka

- Ata atau klason yang merupakan golongan hamba sahaya. Mereka yang masuk dalam golongan ini biasanya
merupakan tawanan perang yang dijadikan budak untuk melayani kebutuhan masyarakat golongan renu atau golongan
dasi. Perdagangan budak belian ini sempat menjadi komoditi pada tahun 1892 (pada daerah Jenilu – Atapupu) sampai
pada akhirnya di awal abad 20-an Pemerintah Belanda mengeluarkann “Pax Nederlandica” sehingga perdagangan budak
dihapus.



Pembagian masyarakat Belu sendiri ditinjau dari segi ekonomis terdiri dari klasifikasi “orang berpunya/the haves” (Ema
Mak Soin) dan kelompok “orang miskin/the haves not” (Ema Kmukit). Ukuran untuk menentukan dua macam kelas ini
tergantung pada pendapatan yang ia peroleh dan cara atau pola hidupnya setiap hari. Dari sudut politik pemerintahan
nasional, kita mengetahui bahwa penggolongan masyarakat Jawa atas tiga golongan / tiga kelompok besar yang saling
melengkapi satu dengan yang lain. Dalam keterkaitannya dengan struktur masyarakat Belu maka kita mengenal
beberapa kelompok/golongan masyarakat yang terdiri dari:

- Pertama adalah kelompok teratas atau kelompok raja (Nain Oan) masuk kelompok priyayi.

- Kelompok lain adalah kelompok masyarakat bawah (Hutun Renu) atau marjinal dan orang kecil.

- Antara dua kelompok itu ada kelompok penengah atau disebut Fukun dato.

Keterkaitan antara ketiga kelompok utama tersebut terwujud dalam realisasi program dan kerja nyata. Dalam hal ini,
kelompok Raja berperan mengawasi pelaksanaan pembangunan dan membuat putusan pemerintahan. Kelompok Hutun
Renu sebagai mediator antara kedua kelompok tersebut. Perlu dicatat di sini bahwa dalam proses pengambilan
keputusan (fui mutu lian-fui mtun ibun) secara adapt dengan korban bakaran.

Perlu ditambahkan disini bahwa dalam jajaran dan tataran kelompok penurutan raja atau kerabatan horizontal yang
dinamakan “klaken soman” ada juga kelompok vertikal yang disebut “Tohu Larus Hudi Oan”. Dalam catatan sejarah lokal,
menuturkan bahwa di kerajaan Wewiku – Wehali ada 4 dato yang sangat berperan dalam fungsinya sebagai mediator
yaitu, Dato Leki Nahak Tamiru Usi Hawai Lerek (penguasa daerah pesisir laut) atau yang disebut Meti Ketuik. Dato
Klisuk Rae dan Klisuk Lor yang menguasai daerah enclave laut (hasan). Sedangkan Dato Mota menguasai daerah
pesisir kali Benenai (Mota Ninin Here Ninin). Sehingga sesekali dalam kurun waktu tertentu seorang Dato wajib
membawahi upeti kepada rajanya.

(sumber : Bappeda Kab. Belu)



Liurai Dalam Sejarah



Silsilah Liurai Fatuaruin (Liurai Wehali) yang memerintah Belu :

1. Hoa Diak Malaka

2. Dasin Don Peur

3. Dasin Dinik Liurai

4. Dasin Neken Liurai

5. Dasin Bada Mataus

6. Dasin Don Alesu Fernandes

7. Dasin Liurai Muskita

8. Seran Tae Boboto Rui

9. Dasin Tei Seran

10. Dasin Tere Atok Liurai I

11. Dasin Tere Atok II

12. Dasin Tey Seran Liurai

13. Josef Seran Fatin (Nai Bot Liurai Malaka)

14. Anton Tey Seran

15. Louis Sanaka Tey Seran



Liurai I :



http://www.belukab.go.id - Situs Kabupaten Belu Bertenaga by KerSip Open Source Dibuat: 15 July, 2008, 11:33
Dikisahkan, pada zaman dulu, liurai pertama adalah seorang wanita yang sangat cantik menawan, disanjung, diberi
gelar Diak Malaka. Ia adalah Liurai feto dan kawin dengan Seran Taen Boboto Rui Makerek yang diberi gelar : ” sui
Likusaien, sui wehali” (sui dalam bahasa Tetun artinya : menanduk).



Liurai II :



Dari perkawinan Hoa Diak Malaka dengan Seran Taen Baboto Ruin Makerek ini, lahirlah dua orang anak, salah seorang
anak bernama Don Peur yang menggantikan ibunya sebagai Liurai kedua. Sedangkan anaknya yang lain, seorang putri
raja bernama Dona Hodak, kawin dengan raja

Loosina bernama Hoa Sina Malaka Liurai. Turunan dari perkawinan mereka hingga Liurai Liurai VII tidak diberi
kehormatan untuk menjabat sebagai Liurai karena saat itu garis hukum keturunan masih diakui dari garis bapak
(patriarchat)



Liurai III :



Lalu Dasi Don Peur sebagai Liurai II menikahi anak raja Dirma bernama Dasin Masaurain. Dari perkawinan mereka
lahirlah dua bersaudara yakni Dasin Dinik Liurai sebagai Liurai yang ketiga sedangkan adiknya Dasin Eno Tinik Liurai
meninggal sehingga tidak punya keturunan.



Liurai IV :



Dasin Dinik Liurai (Liurai III) kawin dengan Dasin Telek Masan Rain II, anak raja Melus Maketan. Dari perkawinan ini,
lahirlah Dasin Neken Liurai sebagai Liurai IV. Dasin Neken Liurai kawin dengan dua orang istri, yakni Dasin Abulorok,
anak raja Jenilu dan Dasin Lese Bauk, anak raja Bakiduk. Masa pemerintahan Liurai IV ini dikenal orang sebagai raja
yang piawai dalam membagi tanah Timor.



Liurai V :



Keempat anak hasil perkawinan Liurai IV dengan anak raja Jenilu diberi kuasa kuasai memerintah tanah Timor yang
sudah dibaginya. Yakni Dasin Bada Mataus dijadikan Liurai V, tinggal di Wehali. Dasin Ura Mataus Liurai Likusaen
berkuasa di Dili. Dasin Soko Mataus Liurai di Kupang Sonbay dan Dasin Neken Mataus Liurai merantau ke Larantuka.



Liurai VI :



Sebagaimana disebutkan diatas bahwa Liurai keempat (Dasin Neken Liurai) mempunyai dua orang istri. Hasil
perkawinan dengan istri anak raja Bakiduk, yakni Dasin Don Alesu Fernandes diangkat sebagai Liurai VI. Liurai ini
dikenal sebagai raja yang menerima tongkat mas dan perak zaman Portugis. Juga sejarah mencatat, Liurai VI ini kawin
dengan Dasin Hoa Tuka, anak raja Larantuka.



Liurai VII :



Perkawinan Liurai VI dengan anak raja Larantuka ini melahirkan Dasin Liurai Muskita sebagai Liurai VII. Sampai disini
selesailah garis hukum keturunan Liurai yang biasa diambil dari garis patrilineal, maka sejarah mencatat bahwa untuk
selanjutnya Liurai diambil dari garis matrilineal hingga sekarang sesuai hukum adat warga Wesei Wehali.



Liurai VIII :



Muskita memperistri Dasin Bano Tae Liurai dari garis keturunan matrilineal anak raja Babotin, lahirlah Seran Tae Boboto
Rui Makerek II, yang diangkat sebagai Liurai VIII dan memerintah di Sasitamean. Liurai VIII ini turunan langsung dari
garis ketururan raja Bobotin bernama Dasin Tere Tae



Liurai IX :



Liurai VIII (Liurai Sasitamean) ini kawin dengan Telek Masan Rai III melahirkan Dasin Tei Seran Liurai yang kelak
diangkat sebagai Liurai IX dan Nai Kmesak Maunbon.



Liurai X :



Kelak Liurai IX ini kawin dengan Dasin Telek Bian Manlea. Dari perkawinan ini lahirlah Dasin Tere Atok Liurai yang
dimahkotai sebagai Liurai X.



Liurai XI



Liurai X mempunyai dua isteri. Isteri pertama namanya Dasin Luruk Tey Seran dan dari perkawinan ini lahirlah Dasin
Tere Atok II yang diangkat menjadi Liurai XI.

http://www.belukab.go.id - Situs Kabupaten Belu Bertenaga by KerSip Open Source Dibuat: 15 July, 2008, 11:33


Liurai XII :



Sedangkan dengan isteri kedua bernama Dasi Telek Tey Seran lahirlah Dasin Tey Seran Liurai, yang diberi gelar Liurai
XII, raja Fatuaruin yakni bapak dari almarhum Liurai Terakhir (Louis Sanaka Tey Seran).



Liurai XIII :



Ketika Liurai XII ini meninggal, anaknya (Louis Sanaka Tey Seran) masih kecil. Ketika itu pemerintah mengambil inisiatif
untuk mengisi kekosongan dengan memilih Josef Seran Fahik yang dikenal sebagai Nai Bot Liurai Malaka. Josef Seran
Fatin dalam percaturan politik pembentukan swapraja dipercaya untuk menjadi tampuk pimpinan Swapraja Malaka dan
Belu.



Liurai IV



Dikisahkan, Liurai XII kawin dengan Kolo Bian dari Sonaf Uimriso, turunan Ae Bian Manlea. Hasil Perkawinan ini adalah
Anton Tey Seran yang sudah dinobatkan sebagai Liurai XIV tapi mendadak ke Bima, Sumbawa untuk belajar dibiayai
oleh pemerintahan Hindia Belanda mengenai kesultanan. Ia meninggal dan terakhir kerangkanya dipindahkan untuk
dimakamkam di Belu.

Liurai XV :



Louis Sanaka Tey Seran, adik kandung Anton Manek Tey Seran dinobatkan menjadi Liurai XV. Ia memperisteri
Theresia Bete Niis, anak raja Bea Neno / Pah Un Bea Neno dan memiliki 10 anak. Mereka adalah Gaudensia Luruk Tei
Seran, Maria Hoar Tei Seran, Antonius Tei Seran, Magdalena Muti Tei Seran, Demitrius Nana Tei Seran, Natalia Adelina
Bendita Tei Seran, Dominggus Arenkian Aria Neno Tei Seran, Yulianus Antonius Liurai, Flora Diana Mako Tei Seran dan
Dominikus Hilarius Liurai. (Sumber : Belu, Pemimpin dan Sejarah)



http://www.belukab.go.id - Situs Kabupaten Belu Bertenaga by KerSip Open Source Dibuat: 15 July, 2008, 11:33

Kamis, 17 Februari 2011

Relevansi Akhlak dalam Kehidupan Modern


Oleh:  Jannsen
Dizaman modern ini, berjalan beriringan dengan semaraknya globalisasi dan kapitalisme global, ketimpangan sosial pun semakin kentara. Kemodernan yang menuntut rasa individualitas, yang akhirnya menyebabkan rasa acuh pada problem-problem sosial . Hal ini, menyebabkan adanya kecemburuan sosial yang berimplikasi pada tindakan kriminal. Dan tidak hanya itu saja yang menjadikan orang untuk melakukan tindak kriminal. Dilihat melalui kacamata akhlak  Islam, tindakkan kriminalitas ialah tindakan yang timbul karena adanya penyakit jiwa pada diri manusia, penyakit yang seperti apakah itu?
Memang terlihat aneh dan lucu, ketika dua hal yang memiliki epistemologi yang berbeda—sisi yang berbeda adalah ketika kita berbicara modern yang cenderung menggunakan rasional dan fakta empiris dengan akhlak Islam di mana di dalamnya berbicara tentang jiwa manusia (bersifat metafisik) yang dipadukan dengan sumber-sumber otoritatif islam, yakni al-quran dan sunah—mencoba disatukan.  Dalam tulisan  ini, saya mencoba membangun argumentasi tentang relevansi akhlak Islam dalam kehidupan modern.

Apa Itu Modern?
Sering sekali kita dengar Istilah modern? Namun, tidak banyak yang mengerti apa itu maksud dari modern. Belakangan ini, term modern terus berkembang seperti; wanita modern, busana modern, kerudung modern, gaya modern, filsafat modern hingga sampai pada postmodern. Kecenderungan manusia yang mulai menggunakan rasional, sering dijadikan identifikasi bahwa itulah awal mula adanya term yang disebut dengan "modern". Dalam beberapa forum diskusi, sering digunakan pula definisi dari modern adalah sebuah pola hidup yang cenderung dengan materealisme dan rasionalisme yang cenderung menolak hal yang metafisis. Dan ada pula yang mendefinikan bahwa kehidupan modern adalah kehidupan sekarang ini atau hal yang berkaitan dengan hal kontemporer yang berlawanan dengan kuno. Saya lebih setuju dengan definisi yang pertama, karena secara historis kita bisa lihat lahirnya sebuah term "modern" ini, muncul sekitar enam belasan yang tandai munculnya adalah pencerahan eropa yang dikenal dengan aufklarung, yang ditandai dengan lahirnya aliran rasionalisme dan empirisme, yang kemudian melahirkan filsafat Modern.
Idealisme filsafat modern seolah muncul untuk menggugat doktrin gereja yang membelenggu eksistensi manusia. Pada masa itulah mulai muncul penemuan-penemuan yang bisa dikatakan baru, seperti Isaac Newton, Charles Darwin, dan Albert Einstein yang meruntuhkan paradigma gereja konservatif. Akibatnya, dogma-dagma agama (Kristen) mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat dan mereka mulai tidak percaya dengan agama yang bersifat abstrak dan penuh dengan dogma-dogma. Pascakrisis kepercayaan terhadap gereja, muncul beberapa filosof dari mahzab rasionalisme dan empirisme yang mulai mempertanyakan keberadaan Tuhan, antara lain; Rene Descartes, Immanuel Kant, David Hume, Thomas Hobbes, John Locke, Hegel, dan sebagainya. Dari sinilah sejarah munculnya term "modern".
Kenapa tidak setuju dengan definisi yang kedua? Karena menurut saya pada definisi yang kedua terdapat ambiguitas tentang pengertian "modern", karena kalau kita melihat berdasar definisinya, berarti pada setiap masa pernah mengalami apa yang disebut dengan "modern", lalu apa yang disebut dengan kuno? dan berarti yang modern pun akan mengalami kuno. Karena menurut saya, definisi yang pertama lebih tepat dengan fenomena yang ada.
AKHLAK[1]
Begitu banyak term yang memiliki persamaan arti dengan term akhlak. Secara terminologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, ia adalah bentuk jama’ dari Khulq yang berarti karakter dan sifat, apakah itu akhlak yang baik seperti pemberani, jujur, berjiwa sosial, dsb. Atau pun akhlak yang buruk seperti pembohong, pengecut, pemalu, dsb.[2] Mengenai definisi ilmu akhlak sendiri, dari sekian banyak definisi tentang ilmu akhlak saya lebih setuju dengan definisi yang dipakai Julian Bagini dalam buku the key of philosophy, karena definisi ini lebih mengena pada akar kata akhlak tadi yang telah saya sebut di atas, bahwa ilmu akhlak atau akhlak adalah sebuah disiplin ilmu yang mengkaji tentang should do or should not do berkenaan dengan perilaku manusia. Karena dalam definisi lain ada yang menyatakan bahwa akhlak adalah pengetahuan tentang tradisi, adat istiadat dan sifat-sifat manusiawi., definisi ini diargumentasikan dengan merujuk bahasa inggris pada ethic dan moralilty yang digunakan untuk mewakili kata akhlak, kata ethic berakarkata dari bahasa Yunani ethos yang berarti karakter. Ada pun kata morality berakarkata dari bahasa Latin, Mores, yang berarti adat dan tradisi[3]. Saya melihat definisi kuranglah tepat, karena pengertian yang demikian menjadi bagian yang masuk dalam kajian ilmu akhlak bukan mewakili secara universal apa itu ilmu akhlak sendiri, dan pengertian ini hanyalah mewakili bagian partikular dari ilmu akhlak mengenai egoisme psikologis dan egoisme etis.
Sejauh penelitian para ahli bahasa Arab, kata khulq seakar kata dengan kata khalq, walaupun dia memiliki sisi yang berbeda, ketika menggunakan kata khulq, tendensinya adalah karakter (yang bersifat batiniah)pada manusia, sedangkan kata khalq, tendesinya lebih bersifat fisikal (yang bersifat lahiriah) pada manusia.[4]
Sebagai sebuah istilah yang sering dipakai, akhlak digunakan secara beragam oleh para ulama akhlak dan para pemikir, sehingga memiliki arti yang berbeda-beda. Beberapa arti dari istilah akhlak adalah sebagai berikut;
Ø     Arti akhlak secara umum yang sering digunakan para ulama akhlak muslim adalah sifat-sifat yang melekat pada jiwa manusia[5]
Ø     Sebagian ulama akhlak Islam mendefinisikan akhlak dengan; sifat batin yang menyebabkan kemunculan tindakan-tindakan yang baik atau buruk, apakah itu terpatri kuat atau tidak pada jiwa manusia, ataukah perlu pertimbangan pikiran.
Ø     Ada pula yang mendefinisikan bahwasannya kata akhlak hanya mewakili tindakkan yang baik, sedang yang buruk adalah ammoral.
Dari berbagai pendefinisiian akhlak menurut versi masing-masing yang berkepentingan dalam pendefinisian itu[6], maka dari itu, muncullah dua mahzab besar dalam filsafat moral yakni relativisme dan absolutisme yang kemudian mengalami penurunan ke dalam beberapa bagian egoisme, yang di dalamnya juga mengalami sebuah penurunan menjadi egoisme etis dan egoisme psikologi, utilitarianisme yang merupakan turunan dari absolutisme. Naraqi, membagi ilmu akhlak menjadi tiga tema besar.[7] Pertama, akhlak diskriptif (Ethics Descriptive) ialah studi tentang akhlak yang berlaku pada setiap kelompok atau masyarakat. Pada umumnya, akhlak deskriptif tidak membahas nilai benar atau salahnya sebuah tindakkan masyarakat, studi ini biasa dilakukan para ahli psikologi, sosiologi, maupun antropologi.[8] Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode empiris dan tekstual, tanpa penggunaan rasio di dalamnya.
Satu lagi yang ingin saya tambahkan dalam berbagai macam penyajian definisi maupun arti akhlak, bahwasannya dalam mahzab filsafat moral, aliran voluntarisme rasional, menganggap bahwa sebuah tindakan bisa dijustifikasi sebagai tindakan moral, jika di dalamnya terdapat kesadaran manusia dan dalam posisi bebas, bukannya terpaksa.[9] Pendapat ini seolah berbanding terbalik dengan pengertian sebagian ulama akhlak yang meyakini bahwa tindakan akhlak itu bersifat ekspresif tanpa ada campur tangan rasio di dalamnya. Lalu, apa itu akhlak Islam?
Dalam kajian yang lebih khusus ini—mengenai akhlak Islam__, saya terinspirasi setidaknya dengan pendefinisian umum mengenai filosof Muslim yang pernah saya baca, ialah para filosof Islam yang mengunakan sumber-sumber otoritatif Islam sebagai alat inspiratif dalam berfilsafatnya.[10] Maka akhlak Islam ialah sebuah disiplin ilmu yang berbicara tentang perilaku manusia, yang merujuk pada sumber otoritatif Islam yakni al-Quran dan sunah. Saya sendiri melihat akhlak Islam dalam konteks filsafat moral, bahwasannya akhlak Islam berada di posisi moderat antara dua mahzab besar dalam filsafat moral, yakni  absolutisme dan relativisme. Karena disamping masih terdapat ego—mewakili mahzab filsafat moral, egoisme, yang merupakan turunan dari relativisme__yang melekat didalamnya juga terdapat nilai-nilai moral yang bersifat universal—yang mewakili mahzab filsafat moral absolutisme.
Problem Sosial Merupakan Efek dari Penyakit Jiwa.
Di dalam dunia modern sering kali kita temukan beberapa problem yang menurut saya ditimbulkan oleh kerusakan atau penyakit jiwa, antara lain; kriminalitas, egoisme, ghadab, kekerasan, dendam, sikap fanatik, riya', berggunjing, dsb. Penyakit-penyakit tersebut di atas merupakan merupakan penyakit yang biasa timbul dari pola hidup modern. Beranjak dari problem ketimpangan sosial yang merupakan aksident dari sifat egois,  maka timbullah kriminalitas. Dari kriminalitas menimbulkan penyakit jiwa yakni ghadab dan berkembang menjadikan dendam, dan berlanjut pada .
Rasional yang selalu diagungkan dalam dunia modern ini, ternyata tidak bisa selamanya dijadikan sebagai patokan sebuah kebenaran. Karena, di dalam akal terdapat pelbagai bentuk kesesatan yang bisa menyebabkan kerusakan pada jiwa seseorang? Di manakah kerusakan itu? Akal yang selalu di agungkan ini memiliki kelamahan, antara lain;
1.      kebodohan sederhana, kebeodohan sederhana ini timbul karena kesesatan berpikir manusia dalam menyusun proposisi-proposisi.
2.      kebodohan majemuk, kebodohan ini maksudnya sangat jelas sekali karena kebodohan ini dikarenakan ketidak mauan belajar seseorang.
3.      kebingungan dan keraguan.
4.      godaan setan.
5.      kebohongan dan penipuan.[11]
Lalu, dimanakah posisi akhlak islam dalam menjawab problem dalam masyarakat modern yang berakar pada ketimpangan sosial? Di dalam pembahasan akhlak, seperti yang tadi telah saya jelaskan di atas, mengkaji tentang karakter manusia. Karakter manusia ini, berada pada jiwa manusia. Ketika jiwa manusia sudah rusak[12], maka akan menimbulkan kesenjangan sosial, yang lebih disebabkan oleh egoisme yang menimbulkan rasa individualitas. Penyakit ini egoisme yang ditimbulkan oleh syahwat manusia, akan memancing lahirnya peyakit lainnya yang telah tadi saya sebut di atas. Dan dalam kajian akhlak Islam, ia mampu menjawab problem sosial tersebut di atas dengan memberi penangkar dari penyakit-penakit jiwa yang ada.  Sehingga terdapat relevansi akhlak Islam terhadap kehidupan modern.
Sebagai seorang muslim, saya sependapat dengan tafsir Fazlur Rahman, sebagai pemikir muslim yang intens dalam kajian hermeneutik, dalam menjawab problem masyrakat dengan tafsirnya. Rahman membuat metode tafsir yang dikenal dengan gerakan-ganda hingga ia mengeluarkan statement;
“…semangat dasar dari al-Qur’an adalah semangat moral, dari mana ia menekankan monotheisme serta keadilan sosial. Hukum moral adalah abadi, ia adalah ‘perintah’ Allah. Manusia tak dapat membuat atau memusnahkan hukum moral: ia harus menyerahkan diri kepadanya. Penyerahan ini dinamakan Islam dan implementasinya dalam kehidupan disebut ibadah atau ‘pengabdian kepada Allah’. Karena penekanan al-Qur’an terhadap hukum morallah hingga Allah dalam al-Qur’an tampak bagi banyak orang terutama sebagai Tuhan keadilan. Tetapi hukum moral dan nilai-nilai spiritual, untuk bisa dilaksanakan haruslah diketahui."[13]

KESIMPULAN
Melihat fenomena-fenomena sosial yang tidak harmonis ini, pastilah ada sesuatu yang salah di dalamnya. Sebagai seorang muslim, ketimpangan sosial di sini lebih saya khususkan pada masyarakat muslim, yang jelas terdapat sistem sosial didalam al-Qur'an misalnya zakat dan shadaqah yang mencoba menyetarakan kehidupan sosial, karena dalam sebuah ayat al-Qur'an yang berbicara tentang, "di dalam harta/kekayaan kalian terdapat hak-hak anak yatim dan orang miskin." Ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada, menurut yang tadi samapaikan di atas lebih disebabkan adanya kerusakan atau penyakit pada jiwa seseorang yang berimplikasi pada kehidupan sosial dizaman modern ini. Untuk mengatasinya, akhlak Islam mencoba menjawabnya dengan memberikan obat dari penyakit-penyakit jiwa yang ada pada zaman modern ini. Sehingga, jelas menurut saya, bahwasannya akhlak Islam dizaman modern dalam melihat ketimmpangan sosial yang ada, jadi dizaman modern ini masih diperlukan adanya ilmu akhlak guna mengatasi problem sosial.

kehidupan sosial manusia

by: Janssen
Interaksi sebagai proses sosial

Sosialisasi sebagai proses pembentukan kepribadian
Interaksi sebagai proses sosial
Pendapat Para Ahli Tentang Proses Sosial
Salah satu macam Interaksi Sosial
Salah satu contoh proses sosial
 b. Proses sosialisasi
PEndapat Para Ahli Tentang Proses Sosialisasi
Proses Sosialisasi Dibagi Menjadi Dua Macam:
Agen Sosialisasi
1.Keluarga
Salah Satu Contoh Gambar Agen Sosialisasi di Lingkungan Keluarga
2. Teman Bermain
Salah Satu Contoh Gambar Agen Sosialisasi di Lingkungan Keluarga
3. Sekolah
4. Media Massa
Pola Sosialisasi
Menurut para ahli sosiologi, terdapat dua pola sosialisasi, yaitu pola sosialisasi yang bersifat represif dan partisipartoris
Pola sosialisasi yang bersifat {represifrepresive socialization}
        1. Pemberian sanksi atau hukuman terhadap kesalahan.
        2. Pemberian materi sebagai hukuman atau imbalan
        3. Penekanan pada kepatuhan seorang anak terhadap         orang tua
        4. Komunikasi yang berjalan satu arah, fisik, dan berisi          perintah
        5. pusat atau fokus terletak pada oirang tua dan               keinginan orang tua

   Pola sosialisasi yang bersifat partisipatoris         {participatory socialization}
1. Hukuman dan imbalan yang bersifat simbolis
2. Pemberian imbalan ketika anak berperilaku baik
3. Kebebasan yang di berikan anak
4. Komunikasa berjalan dua arah
5. Pusat atau fokus terletrak pada anak dan keperluan
    anak