Selasa, 27 September 2011

Peluang Autis Bisa Di Sembuhkan

Jangan mematok gejala autisme hanya pada kontak mata. banyak orangtua terkecoh dan akhirnya menyesal karena mengabaikan gejala-gejala lain. Kini autisme menyeruak satu di setiap 150 batita.
Istilah autisme berasal dari kata “auto” yang berarti berdiri sendiri. Istilah ini diperkenalkan oleh Leo Kramer pada tahun 1943 karena melihat anak autisme memiliki prilaku aneh, terlihat acuh dengan lingkungan dan cenderung menyendiri seakan-akan hidup dalam dunia yang berbeda. Perilaku aneh yang tergolong gangguan perkembangan berat ini terjadi karena adanya kerusakan saraf dibeberapa bagian otak.
Menurut Dr. Rudy sutadi, SpA, spesialis anak dari Pusat Terapi Kid Autis, kerusakan saraf otak ini muncul karena banyak faktor, termasuk masalah genetik dan faktor lingkungan. Autisme terbagi dua. Disebut autisme klasik manakala kerusakan saraf sudah terdapat sejak lahir, karena sewaktu mengandung, ibu terinfeksi virus, seperti rubella, atau terpapar logam berat berbahaya seperti merkuri dan timbal yang berdampak menagacaukan proses pembentukan sel-sel saraf di otak janin.
Jenis kedua disebut autisme regresif. Muncul saat anak berusia antara 12 sampai 24 bulan. Sebelumnya perkembangan anak relatif normal, namun tiba-tiba saat usia anak meninjak 2 tahun kemampuan anak merosot. Yang tadinya sudah bisa membuat kalimat 2 sampai 3 kata berubah diam dan tidak lagi berbicara. Anak terlihat acuh dan tidak mau melakukan kontak mata. Kesimpulan yang beredar di klangan ahli menyebutkan autisme regresif muncul karena anak terkontaminasi langsung oleh faktir pemicu. Yang paling disorot adalah paparan logam berat terutama merkuri dan timbal dari lingkungan.
Sebuah harapan
Dulu penyandang autisme dianggap tidak punya masa depan, sekarang peluang sembuh terbuka lebar. Anak autisme dikatakan sembuh bila mampu mengikuti sekolah reguler, berkembang dan hidup mandiri di tengah masyarakat dengan tidak menunjukkan gejala sisa. kini di luar negeri sudah ada anak autisme yang bersekolah samapi S3, menikah, dan memiliki anak bahkan menjadi pejabat. Kunci kesembuhan anak autisme ada dua, yaitu intervensi terapi perilaku dengan metode ABA dan intervensi biomedis. ABA merupakan singkatan dari Applied Behaviour analysis(ABA). Dipergunakan pertama kali dalam penanganan autisme oleh Lovaas, sehingga disebut dengan metode Lovaas. Metode ini melatih anak berkemampuan bahasa, sosial, akademis, dan kemampuan membantu diri sendiri. Pada tahun 1967, Lovaas sudah membuktikan ABA bisa memperbaiki ketidaknormalan anak autisme dnan tingkat keberhasilan sampai 89 persen. Sedangkan Intervensi biomedis diperlukan untuk membenahi kerusakan sel-sel tubuh akibat keracunan logam berat dan mengusir kendala-kendala yang menghalangi masuknya nutrisi ke otak. Intervensi biomedis menuntut anak untuk menjalani diet tertentu. Jenis makanan yang dipantang bergantung kondisi seberapa parah keracunan yang terjadi. Umumnya anak autisme dilarang mengkonsumsi susu sapi dan makanan mengandung tepung terigu.
Diet Susu Sapi dan Terigu
Susu sapi mengandung protein kasein sedangkan terigu mengandung protein gluten. Menurut Rudy, tubuh anak-anak autis tidak bisa mencerna kasein dan gluten secara sempurna. Uraian senyawa yang tidak sempurna masuk ke pembuluh darah dan sampai ke otak sebagai morfin. Ini terbukti dengan ditemukannya kandungan morfin yang bercirikan kasein dan gluten pada tes urine anak-anak autisme. Keberadaan morfin jelas mempengaruhi kerja otak dan pusat-pusat saraf sehingga anak berprilaku aneh dan sulit berinteraksi dengan lingkungannya. “Makanya anak autisme berprilaku seperti anak morfinis. kadang-kadang saja bisa berinteraksi dengan lingkungannya tapi hanya sementara kemudian ngawur lagi” kata Rudy. Dengan diet kasein dan gluten dapat meminimalkan gangguan morfin dan merangsang kemampuan anak menerima terapi ABA.
Deteksi autisme
Amati gerak balita Anda, sebab gejala autisme muncul pada fase usia 0-3 tahun ada banyak gejala autisme. sekalipun ada kontak mata, jika anak menunjukkan gejala autisme lain, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter saraf anak atau ahli kejiwaan anak untuk memastikan diagnosa autisme. Diagnosa bisa dipercaya bila dokter melakukan test dengan kriteria DSM IV atau ICD-10.
Indikator perilaku autistik pada anak-anak Bahasa dan Komunikasi
  • Ekspresi wajah datar
  • Tidak menggunakan bahasa atau isyarat tubuh
  • Jarang memulai komunikasi
  • Tidak meniru aksi dan suara
  • Bicara sedikit atau tidak ada
  • Mengulangi atau membeo kata-kata, kalimat-kalimat, atau nyanyian
  • Mengucapkan intonasi atau ritme vokal yang aneh
  • Tampak tidak mengerti arti kata. Kalau mengerti dan menggunakan kata secara terbatas
Hubungan dengan orang Tidak responsif
  • Tidak ada senyum sosial
  • Tidak berkomunikasi dengan mata
  • Kontak mata terbatas
  • Tampak asyik bila dibiarkan sendirian
  • Tidak melakukan permainan giliran
  • Menggunakan tangan orang dewasa sebagai alat untuk melakukan sesuatu
Hubungan dengan lingkungan Bermain repetitif atau diulang-ulang
  • Marah dan tidak menghendaki perubahan
  • Berkembangnya rutinitas yang kaku
  • Memperlihatkan ketertarikan yang sangat pada sesuatu dan tidak fleksibel
  • Respon terhadap rangsangan Panik terhadap suara-suara tertentu


  • Sangat sensitif terhadap suara

  • Bermain dengan cahaya dan pantulan

  • Memainkan jari-jari di depan mata

  • Menarik diri ketika disentuh

  • Sangat tidak suka dengan pakaian, makanan, atau hal-hal tertentu

  • Tertarik pada pola, tekstur, atau bau tertentu

  • Sangat inaktif atau hiperaktif

  • Mungkin suka memutar-mutar sesuatu, bermain berputar-putar, membentur-benturkan kepala, atau menggigit pergelangan

  • Melompat-lompat atau mengepak-ngepakan tangan

  • Tahan atau berespon aneh terhadap nyeri

  • Kesenjangan perkembangan perilaku Kemampuan akan sesuatu mungkin sangat baik atau sangat terlambat
    • Mempelajari keterampilan di luar urutan normal. Misal : membaca tapi tidak mengerti arti
    • Menggambar secara rinci tapi tidak bisa mengancingkan baju
    • Pintar memainkan puzzle tapi amat sukar mengikuti perintah
    • Berjalan pada usia normal, tapi tidak bisa berkomunikasi
    • Lancar membeo bicara, tapi sulit memulai bicara dari diri sendiri (inisiatif komunikasi)
    • Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tapi di lain waktu tidak
    Vaksinasi: Manfaat dan Bahaya
    Dalam tubuh sekelompok anak autisme di AS yang sebelumnya berkali-kali menjalani imunisasi ditentukan kandungan merkuri di atas kadar normal. Bagaimana merkuri bisamasuk ke dalam tubuh anak? ternyat, beberapa jenis vaksin mengandung pengawet thimerosal. Hampir 50 persen senyawa ini terdiri dari etilmerkuri.
    Fakta lain tentang kaitan vaksin dan autismen diungkapkan Andrew Wakefield sekitar tahun 1998. Dokter asal Inggris ini memaparkan pemberian vaksin kombinasi MMR (Measles,Mumps,dan Rubella) untuk mencegah penyakit campak, gondong dan rubella (campak jerman) sekalipun vaksin tersebut tidak mengandung merkuri.
    Rudy menjelaskan MMR berisikan tiga viurs, diberikan pada anak dengan harapan anak dapat langsung memiliki tiga natibodi. Pada anak-anak tertentu, kedatangan tiga virus sekaligus menimbulkan reaksi autoimun dimana zat yang seharusnya melindungi malah menyerang tubuh, tepatnya yang serang bagian selubung serabut saraf otak.
    Saat ini belum satu pun negara melarang penggunaan vaksin-vaksin tersebut, mengingat keberadaannya diperlukan untuk mencegah wabah penyakit berbahaya di masyarakat luas. Negara maju seperti AS pun baru tahap memerintahkan produsen untuk emnghentikan pembuatan vaksin ber-thoimerosal dan segera memproduksi vaksin bebas merkuri. Stok vaksin bermerkuri masih digunakan. Bila produksi vaksin baru telah mencukupi kebutuhan negaranya, barulah vaksin “bermasalah” ditarik dari peredaran.
    karenanya Rudy menyarankan dalam melakukan vaksinasi sebaiknya para orangtua lebih mengutamakan kondisi individu anak. Bila di lingkungan keluarga besar ada yang mengidap autisme, kelainan genetik seperti down syndrown, atau penyakit autoimun seperti lupus dan jantung rematik, anak beresiko mengidap autisme. Tetap berikan imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit menular, tetapi lakukan dengan yang cara lebih teliti. Mintalah dokter memberikan vaksinasi measles,mumps,dan rubella dengan jadwal terpisah berjarak sekitar 3 bulan antara satu dengan yang lainnya.

    Buku Berjudul Terapi Gelombang Otak (Brainwave) Untuk Anak Autis

    Terapi Gelombang Otak (Brainwave) Untuk Anak Autis
    Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh lumba-lumba direkam, dan ditiru pola gelombangnya untuk diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah hasil karya digital yang "meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk Terapi Anak Autis.
     
    Detail Produk:
     
    Nama Produk: Terapi Autis
    Ukuran Keseluruhan: 655 MB Format MP3 dan WAV + Ebook petunjuk penggunaan dan Ebook keterangan isi produk.
    Dalam CD ini berisi Terapi Gelombang Otak (Brainwave) Terapi Autis:
    • Format WAV 302 MB Durasi 30 Menit (Suara Alam, Gelombang Sensori Motor Rhytm)
    • Format MP3 68,6 MB Durasi 30 Menit (Suara Alam, Gelombang Sensori Motor Rhytm)
    • (Gelombang Otak (Brainwave) Terapi Autis Clssic) Format MP3 68,6 MB  Durasi 30 Menit (Gelombang Sensori Motor Rhytm)
    Harga Rp 135.000,- (belum termasuk ongkos kirim)
     
    Keterangan:
     
    Bedasarkan keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD Terapi Anak Autis ini diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh lumba-lumba direkam dan ditiru pola gelombangnya untuk diproduksi secara digital. CD ini adalah hasil karya digital yang "meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk Terapi Anak Autis
    Orang tua dari seorang anak yang menderita autis umumnya rela membayar berapapun asalkan anaknya bisa disembuhkan. Namun seringkali sangat sulit untuk menemukan terapi yang tepat untuk menyembuhkan atau paling tidak meringankan beban orang tua dan anak penderita autis.

    Autisme masih menjadi misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya oleh kedokteran. Para pakar belum sepakat soal penyebab penyakit ini. Namun, sebagian pakar setuju bahwa sindrom autis terjadi karena kelainan pada otak.

    Hingga kini, bisa tidaknya autis disembuhkan (total) juga masih menjadi pertentangan dalam dunia kedokteran dan psikologi. Namun, orang tua hendaknya harus mencoba berbagai terapi. Setidaknya dengan terapi keadaan si anak lebih baik.

    Saat ini, ada berbagai terapi autis, baik yang diakui oleh dunia medis maupun yang masih bedasarkan disiplin ilmu tradisional. Macam-macam terapi autis diantaranya:

    1. Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
    2. Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak. Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis. Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus merangsang kemampuan berbicara.
    3. Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi kadar merkuri dalam tubuh penyAndang autis. Caranya, menggunakan cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya melakukan detoksifikasi gas merkuri.
    4. Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di sekitarnya.
    5. Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi dan memberi perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib dilakukan untuk semua jenis terapi lain
    6. Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter.
    Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis.
     
    Bedasarkan keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD Terapi Anak Autis ini diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh lumba-lumba bisa direkam, dan ditiru pola gelombangnya untuk diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah hasil karya digita yang "meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk penyembuhan.
     
    Terapi Gelombang Otak (Brainwave) untuk Autis ini menggunakan Frekwensi Gelombang SMR atau Sensori Motor Rhytm.  Penderita epilepsy, ADHD ( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya bisa menghasilkan getaran SMR tersebut.
     
    Kami, sebagai pemilik gelombangotak.com, bukanlah seorang ahli dalam pengobatan anak autis. kami bukan dokter atau psikolog. Namun kami tahu, CD Terapi Anak Autis sudah membantu banyak orang. Puluhan orang tua yang sudah membeli CD ini mengabarkan perkembangan motorik dan kognitif anak autis mereka lebih cepat dan lebih baik dibanding sebelum menggunakan CD Terapi Anak Autis ini.
     
    Kami tidak menjamin CD Terapi Anak Autis yang harganya sangat terjangkau ini bisa membuat anak autis sembuh/normal 100%, tapi mendengar penuturan para pembeli CD Terapi Anak Autis ini, kami sangat yakin bahwa CD ini akan sangat membantu kemajuan anak autis. Oya... perlu Anda ingat, CD Terapi Anak Autis bukanlah pengobatan utama, melainkan hanya sebagai terapi pelengkap untuk anak autis. Tetaplah berkunjung ke dokter atau ahli lainnya untuk memeriksakan anak Anda tercinta.
     
    Banyak anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi lumba-lumba. Mungkin karena masalah biaya atau memang karena di kota tempat Anda tinggal tidak ada tempat terapi lumba-lumba. Namun dengan CD Audio Branwave Terapi Anak Autis yang meniru pola gelombang lumba-lumba, masalah biaya dan kelangkaan terapi lumba-lumba sudah bisa diatasi.
     
    CARA MENGGUNAKANNYA
     
    Sangat mudah..! Anda putar saja CD Terapi Anak Autis ini di ruangan atau tempat bermain anak Anda. Boleh juga diputar di kamar tidur, saat anak Anda sedang tidur. Anda tida perlu memaksa anak Anda untuk konsentrasi mendengarkannya. Putar saja CD ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi tertentu yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil tebaik. CD Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman digunakan oleh siapapun, semudah mendengarkan musik.
     

    Autis Bisa Di Sembuhkan

    Penyandang Autis dapat disembuhkan, terutama jika gangguan kelainan ini dapat dideteksi dan diagnosa sedini mungkin. Penyembuhan secara dini dapat tercapai jika penyadang autis diberi terapi perilaku dan obat-obatan yang tepat.
    ’’Jadi semakin awal seorang anak terdiagnosa dan mendapat terapi  dan obat yang tepat, insya Allah, semakin besar kesempatannya untuk kembali ke jalur perkembangan yang normal atau sembuh,’’ ujar Dr  Latifah SpKJ, Psiater Ahli Kedokteran Jiwa dari RS Ernaldi Bahar Palembang.
    Penatalaksanaan komprehensif bagi penyandang autis, sambunnya, meliputi perbaikan tubuh dari dalam (penatalaksanaan biomedis), medikamentosa (obat) bila diperlukan dan tatalaksana non-medis seperti terapi perilaku, wicara, okupasi, integrasi sensoris dan yang lainnya. keberhasilan penyembuhan atau perbaikan gangguan autisme tergantung pada banyak faktor seperti berat atau ringannya gangguan pada otak, berat atau ringannya gangguan pada tubuh, kecepatan anak terdiagnosa serta penanganan dini, tepat, terpadu dan intensif.
    ’’Banyak anak mengalami perkembangan yang luar biasa, namun banyak pula yang tidak berkembang dengan baik,’’ katanya
    Latifah mengatakan, autis diklasifikasikan sebagai ketidaknormalan perkembangan neuro yang menyebabkan interaksi sosial yang tidak normal, kemampuan komunikasi, pola kesukaan, dan pola sikap.  Pada  10 ribu kelahiran 4-5 kelahiran akan terjadi autis.
    Lebih lanjut dia menjelaskan, anak dengan gangguan spektrum autistik (Autistic Spectrum Disorder/ASD) biasanya mengalami gangguan pada saluran pencernaan, sistem kekebalan tubuh, susunan syaraf pusat dan proses detoksifikasi.
    Mereka juga alergi terhadap banyak jenis makanan, keracunan logam berat (Hg,Pb,As,Cd) dan kondisi biokimiawi tubuhnya terganggu. “Bila semua gangguan di tubuhnya dapat disembuhkan, maka otaknya akan bisa lebih berfungsi dengan baik,” katanya.
    Penyebab Autis sendiri, terang Latifah sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Pasalnya sampai saat ini penyebabnya  masih dalam  hipotesa. Diduga banyak hal yang mempengaruhi anak menderita autis.
    Selain faktor genetik, faktor yang berpengaruh lainnya yakni jika ibu hamil  trismester I yang mengalami perdarahan,  pecah ketuban dan air ketubannya terminum si janin, komplikasi persalinan, infeksi virus rubela, toxoplasma, makanan yang mengandung pengawet, serta mengonsumsi obat-obatan saat kehamilan.
    Ia menjelaskan pula bahwa orang tua penyandang autis membutuh dukungan dari dokter, terapis dan terutama masyarakat supaya bisa tegar menghadapi keadaan anaknya dan tidak berputus asa. ’’Karena itu kami mengimbau masyarakat untuk lebih memahami apa itu autis, dan tidak mengolok-olok atau melecehkan individu autistik, tetapi lebih bersikap toleran dan membantu, untuk bersikap empatik terhadap orang tua anak penyandang autisme dan mengerti kesulitan yang mereka hadapi,” katanya.
    Angka kejadian autis di seluruh dunia terus meningkat. Di Palembang sendiri angka kejadiannya 25 persen pertahun atau 5-20 kasus per tahun. Kebanyakan anak usia 2-4 tahun. Banyak penyandang autis terutama yang ringan tidak terdeteksi dan bahkan sering mendapatkan diagnosa yang salah, atau bahkan terjadi overdiagnosis. ’’Hal ini tentu saja sangat merugikan anak. Karena itu kenali gejalanya agar mudah dalam penangananya,’’ungkap dr  M Nasir SpA (K) dari RS Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang.
    Menurutnya, gejala autis mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun. Secara umum gejala paling jelas terlihat antara umur 2 – 5 tahun. Pada beberapa kasus aneh gejala terlihat pada masa sekolah. ’’Berdasarkan penelitian lebih banyak didapatkan pada anak laki-laki daripada anak perempuan,’’jelasnya.
    Beberapa test untuk mendeteksi dini kecurigaan autis hanya dapat dilakukan pada bayi berumur 18 bulan ke atas. Gejala autis berbeda-beda dalam kuantitas dan kualitas. ’’Kesulitan yang timbul, sebagian dari gejala tersebut dapat muncul pada anak normal, hanya dengan intensitas dan kualitas yang berbeda,” ungkapnya.
    Gejala-gejala pada autis mencakup pada gangguan pada bidang komunikasi verbal dan non verbal, seperti, terlambat bicara atau tidak dapat berbicara, mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang sering disebut sebagai bahasa planet.
    Selain itu, tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi, meniru atau membeo. ’’Beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian , nada, maupun kata-katanya tanpa mengerti artinya,”bebernya.
    Gejala kedua adalah gangguan pada bidang interaksi social. Ganguan ini contohnya, anak mengalami ketulian, menolak atau menghindar untuk bertatap muka,, merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk, tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang.
    Lebih jauh Nasir menjelaskan, gangguan pada bidang perilaku dan bermain, seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton, bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh. Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil – mobilan terus menerus untuk waktu lama) atau sesuatu yang berputar, dan terdapat kelekatan dengan benda – benda tertentu.
    ’’Seperti halnya, sepotong tali, kartu, kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana- mana. Sering memperhatikan jari – jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak dan dapat juga anak terlalu diam,”jelasnya.
    Lalu, gangguan pada bidang perasaan dan emosi. Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang menangis akan di datangi dan dipukulnya. Tertawa – tawa sendiri , menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata.
    Ditambahkannya, terakhir, gangguan dalam persepsi sensoris, contohnya, mencium-cium, menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras langsung menutup mata, tidak menyukai rabaan dan pelukan.
    Nasir menyarankan bagi orangtua untuk tidak ragu berkonsultasi dengan dokter Anda jika mencurigai adanya satu atau lebih gejala in pada anak Anda. ’’Tetapi jangan juga cepat – cepat menyatakan anak Anda sebagai penderita autis,”tandasnya. (mg39)